Monday, March 3, 2014

Rangkuman

KATALOG KOLEKSI BAHAN PERPUSTAKAAN E-RESOURCE

Ekspansi Pustakawan Dalam Mengolah Bahan Perpustakaan Sumber Elektronik
Oleh :
Indah Purwani dan Mariana Ginting

ABSTRAK
Perpustakaan Nasional RI dibangun dan diselenggarakan atas dasar pemikiran bahwa sebagai bangsa yang merdeka mempunyai tanggung jawab untuk menampung dan menyimpan semua terbitan dalam negeri maupun luar negeri yang bernilai tinggi dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat dunia secara menyeluruh. Namun apakah Perpustakaan yang sudah didirikan dan ditumbuh kembangkan dengan berbagai upaya daya sarana dan prasarana yang ada dijamin berhasil baik tergantung pada pengelola dan respon masyarakat atas keberhasilan sebuah perpustakaan. Seperti kita ketahui bersama kini Perpustakaan Nasional RI sudah merambah pada Aplikasi teknologi E-Library atau perpustakaan digital dengan mengoleksi koleksi bahan perpustakaan sumber elektronik guna menuju pada pelayanan yang berkualitas secara menyeluruh ( total quality service) dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka.
Hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi pustakawan untuk lebih menunjukkan kiprahnya bahwa Pustakawan mau mengembangkan sayapnya untuk menggali kemampuannya agar bisa meng-implementasikan apa yang menjadi tujuan organisasi perpustakaan dimasa depan . Sebagai contoh konkritnya koleksi bahan perpustakaan jenis E-resources dan pengolahannya masih terbatas dan belum dipahami oleh sebagian besar pustakawan secara menyeluruh sehingga dibutuhkan usaha-usaha guna mengatasi berbagai masalah dalam mengolah bahan perpustakaan e-resources, khususnya dalam masalah kataloging bahan perpustakaan sumber elektronik.

Pendahuluan
Koleksi perpustakaan menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan , pada Bab 1 pasal 1 ayat 2, adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.
Seperti kita ketahui Perpustakaan Nasional RI bergerak maju dengan meng-koleksi bahan perpustakaan digital dimana peng-aplikasian teknologi digital menjadi dasar dalam segala aktifitas perpustakaan dari pengadaan sampai dengan pelayanan informasinya. Implikasi dari semua ini dalam mengolah bahan perpustakaan e-resources berpengaruh pula pada SDM dan budaya kerja yang berbasis kompetensi sehingga diperlukan strategi, pendalaman materi serta adanya pengkajian sebelum semua hanya sebatas teori tanpa implementasi. 
Perubahan dari perkembangan teknologi ini menurut Bob Mc.Kee dalam Planning Library Service ( 1989) mengatakan : ” perubahan perpustakaan sebagian disebabkan oleh faktor eksternal yang mau tidak mau akan berpengaruh pada sistem layanan perpustakaan. Disamping itu faktor internal yang akan mempengaruhi sebuah perubahan adalah dari staf yang ada didalamnya”. Dua faktor ini perlu mendapat perhatian dari pihak manajer perpustakaan apabila perpustakaan ingin tetap eksis ditengah isu global dan tuntutan jaman.

Bahan Perpustakaan Sumber Elektronik ( E-Rerosurces )
Pengertian sumber elektronik berdasarkan AACR2 adalah bahan (data dan/atau program yang diciptakan dengan menggunakan kode atau program komputer agar dapat dimanfaatkan dengan piranti komputer.
Jika ditinjau berdasarkan isinya maka sumber elektronik terdiri atas : Isi berkas komputer (computer file content), data angka (numeric data), dan bahan multimedi berorientasi komputer (computer-oriented multimedia). 
Sumber elektronik berdasarkan cara akses terdiri atas : akses langsung dan akses jarak jauh. Akses langsung diartikan sebagai cara yang memerlukan wahana fisik yang dapat dibawa atau dijinjing, misalnya : cakram, kaset, kartrij.  Akses jarak jauh adalah cara yang tidak memerlukan wahana fisik, akses jarak jauh hanya dapat dipergunakan dengan gawai masukan luaran, misalnya terminal yang terkoneksi dengan sistem komputer, misalnya sumber dalam jaringan, atau dengan menggunakan sumber yang tersimpan dalam cakram padat atau gawai penyimpanan lainnya.
Berikut beberpa contoh E-resources :
1.      CD-ROM
Compact Disk Read Only Memori (CD-ROM) bahhwa CD-ROM drive hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD saja. Secara garis besar CD-ROM dibedakan menjadi 2 menurut tipenya yaitu : ATA/IDE dan SCSI. Yang paling mendasari dari perbedaan tersebut adalah kecepatannya. Kalau ATA memiliki kecepatan 100-133Mbps sedangkan SCSI memiliki kecepatan kira-kira 150 Mbps. Untuk tipe SCSI biasanya ditemukan pada CR RW drive. Pada CD ROM terdapat tulisan 56X artinya kemampuan memberikan kecepatan transfer data sebesar 56 x150 Kbps. Tipe CD RW juga biasanya dibedakan berdasarkan kemapuan membakar dan membaca. CD RW tipe 12x8x32 artinya memiliki kemampuan membakar pada CD R secepat 12x, membakar pada CD RW secepat 8x, dan membaca CD R/CD RW/dengan kecepatan maksimal 32x.
2.      E-BOOK
Sebuah E-book, sebagaimana didefinisikan oleh Oxford Kamus bahasa Inggris,
adalah versi elektronik dari buku cetak yang dapat dibaca pada komputer pribadi atau perangkat genggam yang dirancang khusus untuk tujuan ini. E-book didedikasikan bagi mereka para pembaca media elektronik atau perangkat e-book baik melalui komputer atau bisa juga melalui ponsel yang dapat digunakan untuk membaca buku elekronik ini. Dengan hadirnya e-book ini para pembaca dimudahkan untuk tidak menyimpan buku-buku favoritnya dalam bentuk fisik (buku konvensional) dan juga memudahkan bagi para penulis dalam menyebarkan tulisan-tulisannya, karena melalui ebook ini seseorang tidak perlu datang ke penerbit hanya sekedar menginginkan tulisannya dapat diterbitkan.
3.      E-JOURNAL
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud 
dengan e-journal adalah : “An article or complete journal available fully electronically via a web-site on the Internet. It could be available free or as part of a paid for service. This trend is older and more established than the trend of providing e-book content via the Internet.”
(Sebuah artikel atau jurnal yang lengkap tersedia secara elektronik penuh melalui situs web di Internet. Hal ini dapat tersedia secara gratis atau sebagai bagian dari dibayar untuk layanan. Kecenderungan ini lebih tua dan lebih mapan dari tren menyediakan e-book konten melalui Internet. ") Artikel - artikel untuk jurnal ilmiah merupakan pengetahuan primer, berbeda dengan buku pelajaran yang merupakan pengetahuan sekunder. Pengetahuan primer baru akan ada apabila ada penelitian baru, jadi suatu penerbit tidak dapat begitu saja menerbitkan jurnal ilmiah dan mencari artikel untuk jurnalnya. Apabila tidak ada yang meneliti maka tidak ada jurnal yang perlu diterbitkan.
            
            Tantangan Bagi Pustakawan
Apabila seseorang memutuskan untuk menjadi seorang pustakawan E-library maka Syarat - syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pustakawan antara lain bagaimana dia mampu meng- opersionalkan berbagai peralatan yang ada dan melakukan penelusuran informasi dengan melalui sumber-sumber informasi elektronik, karena sebagian isu tentang Perpustakaan Digital mengatakan bahwa nanti semua koleksi yang ada diperpustakaan akan berupa bahan elektronik. Hal ini karena adanya teknologi baru dengan bertekadnya penerbit meluncurkan bahan pustaka elektronik.
Koleksi elektronik ini mempunyai kelebihan yang tidak tertandingi dari buku dan jurnal cetak. Penerbitan bahan elektronik jauh lebih hebat dan canggih karena sudah dilengkapi grafik, illustrasi, tipografi dan jenis huruf yang lebih menarik, bahkan suara dan warna yang disertai gambar animasi menjadi ciri khas bentuk multimedia yang lain, dan kelebihan lain adalah tidak ada jumlah limit dalam setiap halaman dari artikel yang ditulis dalam bahan pustaka elektronik.
Disamping kelebihan tentunya ada kekurangan dari jenis bahan pustaka elektronik ini yaitu, kurang adanya masalah pengamanan dan perlindungan atas hak cipta yang dipunyai oleh yang punya hak dan wewenang atas karya pada koleksi elektronik ini.
Undang-undang Hak Cipta yang diproklamirkan di England pada tahun 1709 masa perlindungan Hak Cipta hanya 14 tahun, tetapi yang direkomendasikan Amerika Serikat pada tahun 1976 memberi masa tempo 28 tahun. Sekarang dibawah Berne Convention Hak Cipta diperpanjang masanya sampai 50 tahun lagi maka disebut sebagai life plus 50, hasilnya perpustakaan yang ingin mendigitasikan bahan lama perlu mendapat keabsahan hak cipta ; teks, grafik, perangkat photo, ilustrasi dsb, karena semua mempunyai hak cipta.

Reformasi Dalam Proses Cataloging
Pekerjaan mengkatalog atau membuat katalog adalah suatu pekerjaan yang sangat dinamis sifatnya, senantiasa ada perubahan trend baru dalam hal pedoman maupun cara mengolahnya, sebut saja dalam masalah penentuan deskripsi dan nomor klasifikasi sudah mengalami berkali-kali revisi dan pembaharuan, begitu juga dalam hal penetuan nomor klasifikasi.
Dengan semakin berkembangnya inovasi bidang cataloging, seorang kataloger atau pustakawan dimasa sekarang dan masa yang akan datang jangan terfokus dan berkutatdengan tradisi lama yang hanya sebatas mengetahui dan membuat berbagai jenis kartu katalog diperpustakaannya. Sekarang dan kedepan seorang kataloger perlu mengetahui  berbagai macam trik untuk memanipulasi kelompok daftar tanpa harus meng-edit satu  persatu , terlatih dalam menggunakan alat canggih, dan tahu peraturan dalam praktek mengalami perkembangan, dimana seorang kataloger lebih diutamakan yang specialist, fungsinya dalam era Millenium ini senantiasa meng- upload dan berpegang pada OCLC dan EBSCO service , secara fakta realnya seorang kataloger harus mampu berfungsi sebagai Creatif List, Global Update dan Rapid Update. Dalam proses kataloging. Selayaknya seorang kataloger tidak hanya terpaku pada peraturan yang ada ( seperti AACR 2 ataupun RDA ) atau terlalu ahli dalam jenis format bahan perpustakaan sumber elektronik.
Ada beberapa perbedaan mendasar dalam pembuatan deskripsi bibliografis untuk bahan perpustakaan yang berupa e-resources dari deskripsi bahan perpustakaan tercetak. Perbedaan tersebut diantaranya:
1.      Dalam deskripsi bibliografi sumber elektronik kita wajib mencantumkan catatan rincian sistem seperti densitas perekaman, parity, blocking factors, mode of access, perangkat lunak bahasa pemrograman, keperluan paripheral, nama dagang atau sistem perekaman, frekuensi modulasi dan jumlah resolusi bisa dimasukkan.

2.      Akses dan lokasi elektroniknya, sementara itu dalam pengklasifikasian untuk e-resources akan timbul masalah bagaimana melakukan pendekatan  dalam dua cara yang berbeda. Salah satunya adalah dalam kalsifikasi e-resources harus difokuskan pada setting perpustakaannya. Pendekatan lain akan membawa pada problem yang sama yang dialami oleh perpustakaan yaitu berkaitan langsung dengan masalah specialis computer, pengembangan webnya, data base creator, bahasa, dsb.

No comments:

Post a Comment