Wednesday, March 26, 2014

Sejarah Pengindeksan Subjek


Pada zaman dahulu, sebelum barang catakan membludak dan terbilang masih sedikit, pemanfaatan indeks belum seberapa jika dibandingkan pada masa sekarang ini. Sebab pada saat itu, membaca bukan lah suatu keahlian yang membudaya dan juga para ilmuan lebih memilih untuk menghafal/mengingat ilmu yang didapatnya maupun yang diteliti daripada menulis ilmu-ilmu tersebut sebagai catatan. Kata indeks ini mulai tercetus pada saat diskusi pertma kali Henry Wheatley yaitu pada tahun 1879 yang berjudul What is an index. Kemudian kata indeks ini pertama kali digunakan oleh Paulus dalam sebuah Romans yang dikirim kepada orang Romawi.
Apabila kata indeks ini digunakan dalam kaitannya dengan literatur, maka indeks akan lebih mengarah kepada sebuah katalog, daftar, judul buku ataupun diskripsi. Kata indeks dan penggunannya telah dimulai pada abad ke 17, pada saat itu buku-buku telah mulai memunculkan indeks, selanjutnya timbul ide untuk penggunaan indeks ini dalam bentuk tabel yang disusun secara alfabet, seperti dalam karangan Speed pada tahun 1611 yang berjudul History Of Great Britaine
Indeks ini dapat diartikan sebagai catatan mengenai nilai-nilai dari berbagai atribut yang bertujuan dapat digunakan untuk memudahkan pencarian informasi. Menurut standar ANSI indeks merupakan penunjukan atau konsep tertentu yang bersifat sistematis mengenai bagian penting dari suatu kolekasi, dimana data-datanya disusun secara alfabetis maupun numerik agar mudah ditemukan kembali.
Pencarian informasi ini berawal dari adanya permintaan dari pengguna karena membutuhkan informasi dan ditelusuri melalui nama-nama subjek, seperti pengarang, judul, dan sebagainya. Dalam berbagai literatur perpustakaan, pengindeksan mempunyai banyak arti.dan tujuanya hanya untuk mendukung proses temu kembali informasi. Jadi kesimpulannya Pengindeksan subjek ini meliputi ; Klalsifikasi koleksi berdasarkan isi subjek, dan Kontruksi indeks yang memudahkan pencarian informasi berdasarkan isi subjek.
Namun, jika kita amati secara seksama masih banyak pemakai informasi yang kurang bahkan belum memahami sama sekali cara menggunakan indeks dengan baik. Ini disebabkan oleh pemustaka di Indonesia sudah terbiasa dengan perlakuan manja dari pustakawan, padahal informasi yang mereka cari sudah terbentang didepan mata, meskipun sudah diajari cara memakai indeks dan katalog dengan baik, benar dan cepat, namun ada juga pemustaka yang malas mempraktekannya.
Penunjukan indeks terhadap suatu koleksi (buku) mencakup bagian bab dan abstrak. Bagian ini sangat penting, karena banyak point yang tidak dijelaskan pada judul buku. Untuk membuat indeks yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.       Akurat artinya istilah yang digunakan dalam pembuatan indeks harus mencerminkan konsep yang dimuat dalam buku.
b.      Istilah yang digunakan tidak mengalami perubahan (harus konsisten) meskipun maknanya tetap sama.
c.       Komprehensif, mencakup semua konsep yang terdapat dalam buku.
d.      Penggunaan penunjukan. (Wellisch, 1993)
Pembuatan indeks yang baik tentu akan sangat bermanfaat bagi pengguna informasi dalam proses temu kembali informasi yang dibutuhkannya. Lazimnya buku terbitan luar negeri terutama Negara yang sudah maju, setiap buku yang terbitkan selalu dilengkapi dengan indeks buku. Indeks yang baik tidak akan memuat istilah-istilah yang tidak terdapat dalam buku tersebut. Dengan demikian buku tidak perlu dilihat per halaman berkat bantuan dari indeks yang baik.

Apapun model perpustakaannya, baik perpustakaan konvensional atau perpustakaan digital tetap diperlukan kegiatan indexing tersebut, untuk mengelola dan mengolah dokumen- dokumen supaya setelah disimpan bisa ditemukan kembali dengan mudah dan sesuai dengan kaidah – kaidah ilmu perpustakaan.

(Download File)

No comments:

Post a Comment