Pada
zaman dahulu, sebelum barang catakan membludak dan terbilang masih sedikit, pemanfaatan
indeks belum seberapa jika dibandingkan pada masa sekarang ini. Sebab pada saat
itu, membaca bukan lah suatu keahlian yang membudaya dan juga para ilmuan lebih
memilih untuk menghafal/mengingat ilmu yang didapatnya maupun yang diteliti
daripada menulis ilmu-ilmu tersebut sebagai catatan. Kata indeks ini mulai
tercetus pada saat diskusi pertma kali Henry Wheatley yaitu pada tahun 1879
yang berjudul What is an index. Kemudian
kata indeks ini pertama kali digunakan oleh Paulus dalam sebuah Romans yang
dikirim kepada orang Romawi.
Apabila
kata indeks ini digunakan dalam kaitannya dengan literatur, maka indeks akan
lebih mengarah kepada sebuah katalog, daftar, judul buku ataupun diskripsi.
Kata indeks dan penggunannya telah dimulai pada abad ke 17, pada saat itu
buku-buku telah mulai memunculkan indeks, selanjutnya timbul ide untuk
penggunaan indeks ini dalam bentuk tabel yang disusun secara alfabet, seperti
dalam karangan Speed pada tahun 1611 yang berjudul History Of Great Britaine
Indeks
ini dapat diartikan sebagai catatan mengenai nilai-nilai dari berbagai atribut
yang bertujuan dapat digunakan untuk memudahkan pencarian informasi. Menurut
standar ANSI indeks merupakan penunjukan atau konsep tertentu yang bersifat
sistematis mengenai bagian penting dari suatu kolekasi, dimana data-datanya
disusun secara alfabetis maupun numerik agar mudah ditemukan kembali.
Pencarian
informasi ini berawal dari adanya permintaan dari pengguna karena membutuhkan
informasi dan ditelusuri melalui nama-nama subjek, seperti pengarang, judul,
dan sebagainya. Dalam berbagai literatur perpustakaan, pengindeksan mempunyai
banyak arti.dan tujuanya hanya untuk mendukung proses temu kembali informasi.
Jadi kesimpulannya Pengindeksan subjek ini meliputi ; Klalsifikasi koleksi
berdasarkan isi subjek, dan Kontruksi indeks yang memudahkan pencarian
informasi berdasarkan isi subjek.
Namun,
jika kita amati secara seksama masih banyak pemakai informasi yang kurang
bahkan belum memahami sama sekali cara menggunakan indeks dengan baik. Ini
disebabkan oleh pemustaka di Indonesia sudah terbiasa dengan perlakuan manja
dari pustakawan, padahal informasi yang mereka cari sudah terbentang didepan
mata, meskipun sudah diajari cara memakai indeks dan katalog dengan baik, benar
dan cepat, namun ada juga pemustaka yang malas mempraktekannya.
Penunjukan
indeks terhadap suatu koleksi (buku) mencakup bagian bab dan abstrak. Bagian
ini sangat penting, karena banyak point yang tidak dijelaskan pada judul buku. Untuk
membuat indeks yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Akurat
artinya istilah yang digunakan dalam pembuatan indeks harus mencerminkan konsep
yang dimuat dalam buku.
b. Istilah
yang digunakan tidak mengalami perubahan (harus konsisten) meskipun maknanya
tetap sama.
c. Komprehensif,
mencakup semua konsep yang terdapat dalam buku.
d. Penggunaan
penunjukan. (Wellisch, 1993)
Pembuatan
indeks yang baik tentu akan sangat bermanfaat bagi pengguna informasi dalam
proses temu kembali informasi yang dibutuhkannya. Lazimnya buku terbitan luar
negeri terutama Negara yang sudah maju, setiap buku yang terbitkan selalu
dilengkapi dengan indeks buku. Indeks yang baik tidak akan memuat
istilah-istilah yang tidak terdapat dalam buku tersebut. Dengan demikian buku
tidak perlu dilihat per halaman berkat bantuan dari indeks yang baik.
Apapun model
perpustakaannya, baik perpustakaan konvensional atau perpustakaan digital tetap
diperlukan kegiatan indexing tersebut, untuk mengelola dan mengolah dokumen-
dokumen supaya setelah disimpan bisa ditemukan kembali dengan mudah dan sesuai
dengan kaidah – kaidah ilmu perpustakaan.
(Download File)
(Download File)
No comments:
Post a Comment