Ergonomi Internal Perpustakaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ergonomi diartikan sebagai "ilmu tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan, dan lingkungan kerjanya". Konsep ergonomi ini merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam sebuah perusahaan atau institusi yang melayani publik. Terutama berkenaan dengan fasilitas, baik fasilitas untuk karyawan perusahaan maupun fasilitas untuk kebutuhan konsumen.
Perpustakaan merupakan salah satu institusi yang melayani publik. Oleh sebab itu, perpustakaan harus bisa menciptakan desain perpustakaan yang ergonomis. Hal ini bertujuan untuk membuat perpustakaan terasa lebih nyaman, meningkatkan kualitas dan efesiensi pelayanan, dan yang terpenting untuk menjadikan perpustakaan lebih mudah digunakan dan ramah pengguna (Jose and Anand, 2014).
Untuk menciptakan lingkungan internal perpustakaan yang ergonomis, Yulianti (2013) merekomendasikan empat elemen yang perlu diperhatikan diantaranya pencahayaan, tingkat kebisingan, temperatur ruangan, dan tingkat kelembaban. Pencahayaan berkenaan dengan banyaknya flux cahaya yang menyebar dalam sebuah ruangan, untuk perpustakaan pencahayaannya adalah 300 lx. Kemudian, kebisingan terkait dengan bunyi suara di perpustakaan, Nilai Ambang Batas yang ditetapkan ialah 70 dB(A). Agar kenyamanan pemustaka tetap terjaga, ruangan perpustakan perlu dibedakan antara ruangan untuk diskusi dan individual. Ruangan individual ini ditujukan untuk pemustaka yang membutuhkan konsentrasi tinggi, sehingga mengurangi gangguan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Selanjutnya untuk temperatur ruangan berkisar antara 18oC – 28oC, dan tingkat kelembaban antara 40-60%.