Wednesday, April 2, 2014

Sejarah Klasifikasi

Sekitar 2000 tahun yang silam, ilmuan dari Yunani Aristoteles telah menciptakan sistem klasifikasi mengenai makhluk hidup yaitu tumbuhan dan hewan. Dia menyatakan bahwa tumbuhan itu memiliki banyak klorofil dan tidak bisa perpindah tempat sedangkan hewan tidak memiliki klorofil tapi mampu berpindah tempat.
Berbicara mengenai sejarah klasifikasi dalam ilmu perpustakaan, seorang ilmuan yang bernama Melvil Dewey telah menerbitkan klasifikasi persepuluhan dewey (DDC) yaitu pada tahun 1876 yang berjudul “A Classification and subject indecks for a library”. DDC yang diterbitkan oleh Melvil Dewey hanya berjumlah 42 halaman, 12 hlm bagian pendahuluan, 12 hlm bagian bagan, dan 18 hlm indeks.
Dewey adalah seorang pustakawan yang berasal dari Kolombia, selain menciptakan klasifikasi persepuluhan dewey, dia juga mendirikan sekolah perpustakaan pertama di dunia pada tahun 1887. Dan pada tahun 1889 dia diangkat sebagai direktur salah satu perpustakaan di New York sampai dengan 1906. Dan dia menghembuskan napas terakhirnya pada 26 Des 1931 dalam usia 80 tahun. 
Sejak pertama kali diterbitkan oleh Melvil Dewey, DDC tersebut terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Sampai sekarang telah banyak dilakukan penambahan subjek-subjek baru, perluasan notasi, perubahan lokasi karena selalu adanya perkembangan subjek. Tercatat bahwa 135 negara telah menggunakan DDC ini, dan telah diterjemahkan melebehi dari 30 bahasa dan juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Berikutnya pada tahun 1894 DDC kembali menerbitkan edisi baru, kali ini dalam edisi ringkas dan telah sampai pada edisi ke 12 pada tahun1989. Edisi ringkas ini diterbitkan untuk perpustakaan yang koleksinya bersklala kecil, perpustakaan yang jumlah koleksinya masih dibawah  20.000 judul.
Namun perlu diperhatikan, DDC harus memenuhi unsur-unsur sbb :
a.       Sistem pembagian ilmu pengetahuan yang dimasukkan dalam bagan harus mempunyai landasan prinsip-prinsip tertentu.
b.      Notasi, ini merupakan rangkaian simbol seperti angka dan harus mencerminkan istilah yang terdapat dalam bagan, pada  DDC ini dikenal dengan nomor kelas.
c.       Indeks relatif, rincian dari sejumlah tajuk yang disusun secara alfabetis.
d.      Tabel pembantu, menerang rangkaian notasi khusus untuk menyatakan aspek tertentu dalam subjek yang berbeda.
e.       Sistem klasifikasi juga perlu menyediakan kelas karya umum, seperti karya yang cakupannya begitu luas.
Menurut Sulistyo Basuki (1991) klasifikasi ini berasal dari bahasa Latin “classis” yang berarti mengumpulkan dan memisahkan benda yang sama dan benda yang tidak sama. DDC ini mempunyai prinsip yaitu membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama, sepuluh kelas utama ini diberi nomor urut  mulai dari : 000 untuk karya umum, 100 filsafat, 200 agama, 300 ilmu-ilmu sosial, 400 bahasa, 500 ilmu-ilmu murni, 600 ilmu terapan, 700 kesenian dan olahraga, 800 kesusasteraan, 900 sejarah dan geografi..
Setiap kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, nomor urutnya dimulai dari 0 – 9, sehingga kita peroleh 100 divisi, yang dikenal dengan sebutan ringkasan ke dua, (second Summary), dan dari 10 divisi tadi dibagi lagi menjadi 10 seksi, nomor urutnya juga dimulai dari 0 – 9. Sistem DDC ini memungkinkan terjadi lebih banyak pembagian lagi dengan dasar kelipatan 10, dengan menempatkan titik decimal sesudah bilangan ke tiga.

Semakin hari buku semakin banyak yang diterbitkan, sebenarnya buku telah lama diklasifikasikan, tetapi banyak dari kita yang tidak memperhatikannya, untuk apa klasifikasi ini dibuat.

1 comment: