Sekitar
2000 tahun yang silam, ilmuan dari Yunani Aristoteles telah menciptakan sistem
klasifikasi mengenai makhluk hidup yaitu tumbuhan dan hewan. Dia menyatakan
bahwa tumbuhan itu memiliki banyak klorofil dan tidak bisa perpindah tempat
sedangkan hewan tidak memiliki klorofil tapi mampu berpindah tempat.
Berbicara
mengenai sejarah klasifikasi dalam ilmu perpustakaan, seorang ilmuan yang
bernama Melvil Dewey telah menerbitkan klasifikasi persepuluhan dewey (DDC)
yaitu pada tahun 1876 yang berjudul “A
Classification and subject indecks for a library”. DDC yang diterbitkan
oleh Melvil Dewey hanya berjumlah 42 halaman, 12 hlm bagian pendahuluan, 12 hlm
bagian bagan, dan 18 hlm indeks.
Dewey
adalah seorang pustakawan yang berasal dari Kolombia, selain menciptakan
klasifikasi persepuluhan dewey, dia juga mendirikan sekolah perpustakaan
pertama di dunia pada tahun 1887. Dan pada tahun 1889 dia diangkat sebagai
direktur salah satu perpustakaan di New York sampai dengan 1906. Dan dia
menghembuskan napas terakhirnya pada 26 Des 1931 dalam usia 80 tahun.
Sejak
pertama kali diterbitkan oleh Melvil Dewey, DDC tersebut terus berkembang
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Sampai sekarang telah banyak dilakukan
penambahan subjek-subjek baru, perluasan notasi, perubahan lokasi karena selalu
adanya perkembangan subjek. Tercatat bahwa 135 negara telah menggunakan DDC
ini, dan telah diterjemahkan melebehi dari 30 bahasa dan juga telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.
Berikutnya
pada tahun 1894 DDC kembali menerbitkan edisi baru, kali ini dalam edisi
ringkas dan telah sampai pada edisi ke 12 pada tahun1989. Edisi ringkas ini
diterbitkan untuk perpustakaan yang koleksinya bersklala kecil, perpustakaan
yang jumlah koleksinya masih dibawah 20.000
judul.
Namun
perlu diperhatikan, DDC harus memenuhi unsur-unsur sbb :
a. Sistem
pembagian ilmu pengetahuan yang dimasukkan dalam bagan harus mempunyai landasan
prinsip-prinsip tertentu.
b. Notasi,
ini merupakan rangkaian simbol seperti angka dan harus mencerminkan istilah
yang terdapat dalam bagan, pada DDC ini
dikenal dengan nomor kelas.
c. Indeks
relatif, rincian dari sejumlah tajuk yang disusun secara alfabetis.
d. Tabel
pembantu, menerang rangkaian notasi khusus untuk menyatakan aspek tertentu
dalam subjek yang berbeda.
e. Sistem
klasifikasi juga perlu menyediakan kelas karya umum, seperti karya yang
cakupannya begitu luas.
Menurut
Sulistyo Basuki (1991) klasifikasi ini berasal dari bahasa Latin “classis” yang
berarti mengumpulkan dan memisahkan benda yang sama dan benda yang tidak sama.
DDC ini mempunyai prinsip yaitu membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas
utama, sepuluh kelas utama ini diberi nomor urut mulai dari : 000 untuk karya umum, 100
filsafat, 200 agama, 300 ilmu-ilmu sosial, 400 bahasa, 500 ilmu-ilmu murni, 600
ilmu terapan, 700 kesenian dan olahraga, 800 kesusasteraan, 900 sejarah dan
geografi..
Setiap
kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, nomor urutnya dimulai dari 0 – 9,
sehingga kita peroleh 100 divisi, yang dikenal dengan sebutan ringkasan ke dua,
(second Summary), dan dari 10 divisi tadi dibagi lagi menjadi 10 seksi, nomor
urutnya juga dimulai dari 0 – 9. Sistem DDC ini memungkinkan terjadi lebih
banyak pembagian lagi dengan dasar kelipatan 10, dengan menempatkan titik
decimal sesudah bilangan ke tiga.
Semakin
hari buku semakin banyak yang diterbitkan, sebenarnya buku telah lama
diklasifikasikan, tetapi banyak dari kita yang tidak memperhatikannya, untuk
apa klasifikasi ini dibuat.
mau nanya itu sumber bukunya dari mana?
ReplyDelete